Ragam Bacaan Itidal
Ragam Bacaan I’tidal ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Fiqih Doa dan Dzikir yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 1 Rajab 1447 H / 22 Desember 2025 M.
Kajian Tentang Ragam Bacaan I’tidal
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memiliki beberapa variasi bacaan iktidal, sekurang-kurangnya terdapat delapan macam bacaan dengan panjang yang berbeda-beda. Ada bacaan yang pendek dan ada pula yang cukup panjang. Pembahasan ini akan dimulai dari bacaan yang paling pendek karena biasanya lebih mudah untuk dihafal.
Dalam kesempatan ini, terdapat empat redaksi bacaan yang sama-sama pendek. Keempatnya dibahas sekaligus dalam satu pertemuan karena perbedaannya sangat tipis, sehingga lebih mudah untuk membandingkan dan mengingat perbedaannya. Berikut adalah rinciannya:
- Redaksi Pertama Rabbana lakal hamdu. Artinya: “Wahai Tuhan kami, hanya untuk-Mulah segala pujian.” Redaksi ini merupakan yang paling pendek dan termaktub dalam Shahih Bukhari.
- Redaksi Kedua Rabbana wa lakal hamdu. Perbedaan dengan redaksi pertama terletak pada tambahan huruf wawu (wa) sebelum kata lakal. Bacaan ini terdapat dalam Shahih Bukhari dan Muslim.
- Redaksi Ketiga Allahumma rabbana lakal hamdu. Artinya: “Ya Allah, wahai Tuhan kami, hanya untuk-Mulah segala pujian.” Perbedaan redaksi ini dengan yang pertama adalah adanya tambahan kata Allahumma di awal kalimat. Bacaan ini termaktub dalam Shahih Muslim.
- Redaksi Keempat Allahumma rabbana wa lakal hamdu. Artinya: “Ya Allah, wahai Tuhan kami, dan hanya untuk-Mulah segala pujian.” Redaksi ini merupakan gabungan yang menggunakan Allahumma dan tambahan huruf wawu. Bacaan ini termaktub dalam Shahih Bukhari.
Keempat redaksi tersebut memiliki kedudukan yang shahih. Pentingnya mempelajari ragam bacaan shalat adalah agar setiap Muslim memiliki wawasan yang luas dan tidak mudah menyalahkan orang lain yang memiliki bacaan berbeda. Kedewasaan dalam beragama muncul dari ilmu; jika seseorang terbiasa membaca satu versi lalu mendengar orang lain membaca versi yang berbeda namun tetap berlandaskan hadits yang shahih, maka hal itu tidak boleh disalahkan.
Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman mengenai keagungan-Nya yang berhak menerima pujian:
…لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Milik-Nyalah segala kerajaan dan milik-Nyalah segala pujian; dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. At-Taghabun[64]: 1).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda mengenai shalat:
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Bukhari).
Urgensi Mengamalkan Ragam Sunnah dalam I’tidal
Imam An-Nawawi Rahimahullah menerangkan bahwa perbedaan redaksi bacaan i’tidal sangat layak terjadi karena seluruhnya berstatus sahih. Keempat redaksi tersebut pernah dibaca oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Oleh karena itu, daripada hanya konsisten pada satu bacaan, lebih utama bagi seorang Muslim untuk mengamalkannya secara bergantian guna meraih keutamaan yang lebih besar.
Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah menjelaskan bahwa terdapat sekurang-kurangnya tiga manfaat utama dalam mengamalkan keragaman bacaan sunnah ini:
Pertama, Menjaga Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: Mengamalkan berbagai redaksi bacaan bertujuan agar sunnah-sunnah tersebut tidak hilang atau dilupakan oleh umat Islam. Sering kali sebuah sunnah menjadi asing bahkan dianggap salah hanya karena jarang diamalkan. Menjaga warisan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merupakan kemuliaan besar. Sebaliknya, membatasi diri pada satu bacaan seumur hidup dapat menutup pintu pengetahuan terhadap sunnah lainnya, sehingga seseorang berisiko mengingkari kebenaran yang datang dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang lain karena ketidaktahuannya
Kedua, Mengikuti Sunnah dengan Lebih Sempurna: Mengamalkan seluruh variasi bacaan yang diajarkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menunjukkan tingkat kesempurnaan dalam mengikuti petunjuk beliau. Seseorang yang mengamalkan keempat redaksi secara bergantian tentu lebih sempurna daripada seseorang yang hanya mencukupkan diri pada satu redaksi. Hal ini serupa dengan perbandingan pahala antara orang yang melaksanakan shalat qabliyah dan ba’diyah secara lengkap dengan orang yang hanya mengerjakan salah satunya saja. Semakin lengkap sunnah yang dijalankan, semakin besar pula potensi pahala yang diraih.
Ketiga, Menghadirkan Kekhusyukan dalam Ibadah: Meragamkan bacaan membantu lisan agar tidak sekadar berucap secara otomatis atau refleks. Jika seseorang hanya membaca satu doa yang sama selama berpuluh-puluh tahun, lisan cenderung bergerak tanpa melibatkan kesadaran pikiran. Namun, dengan mengganti-ganti redaksi—misalnya dengan memperhatikan kapan harus menambahkan huruf wawu atau kata Allahumma—seseorang akan terlebih dahulu berpikir sebelum berucap. Proses berpikir inilah yang membantu menghadirkan konsentrasi dan kekhusyukan di hadapan Allah ‘Azza wa Jalla.
Download mp3 Kajian
Mari turut membagikan link download kajian “Ragam Bacaan I’tidal” ini ke jejaring sosial Facebook, Twitter atau yang lainnya. Semoga menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Jazakumullahu Khairan.
Telegram: t.me/rodjaofficial
Facebook: facebook.com/radiorodja
Twitter: twitter.com/radiorodja
Instagram: instagram.com/radiorodja
Website: www.radiorodja.com
Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui :
Facebook: facebook.com/rodjatvofficial
Twitter: twitter.com/rodjatv
Instagram: instagram.com/rodjatv
Website: www.rodja.tv
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55918-ragam-bacaan-itidal/